PENGARUH PERBEDAAN JENIS UMPAN ALAMI (Natural Bait) PADA ALAT TANGKAP RAWAI DASAR (Bottom Long Line) TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN REMANG (Congresox Talabon) DI PERAIRAN BAWEAN
Keywords:
Umpan, Rawai Dasar, Ikan Remang, Perairan BaweanAbstract
Perairan Bawean merupakan daerah penangkapan ikan (Fishing Ground) yang luas bagi alat tangkap rawai dasar (Bootom Long Line) dan ikan Remang (Congresox talabon) merupakan hasil tangkapan yang paling dominan. Faktor untuk menunjang keberhasilan penangkapan ikan pada alat tangkap rawai dasar (Bottom Long Line) adalah cara memilih jenis umpan yang tepat. Pada penelitian ini untuk menangkap ikan Remang (Congresox talabon) pada alat tangkap rawai dasar (Bottom Long Line ), menggunakan jenis umpan yang berbeda yaitu ikan Tembang (Sardinella Fimbriatta), ikan Selar (Selaroides Leptolepis), ikan Layang (Decapterus Sp). Daerah penangkapan (Fishing Ground) saat penelitian dilakukan di perairan Bawean pada bulan April sampai Mei 2017. dengan metode Eksperimental dan menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 3 perlakuan dan 9 kali ulangan , maka terdapat 27 satuan percobaan. Pemakaian umpan ikan Tembang menunjukkan jumlah hasil tangkapan dalam satuan ekor dan satuan berat (kg) paling banyak dibandingkan dengan umpan yang lain. Hal ini di dasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tiga jenis umpan yang berbeda dalam jumlah 200 unit mata pancing pada setiap perlakuan, dengan 9 kali ulangan yang menghasilkan jumlah tangkapan ikan Remang (Congresox talabon). Umpan ikan Tembang (Sardinella Fimbriatta) 106 ekor dengan nilai hook rate 53% , umpan Ikan Selar (Selaroides Leptolepis) 84 ekor dengan hook rate 42% dan umpan ikan Layang (Decapterus sp) 99 ekor dengan hook rate 49,50% . Dari hasil menunjukkan bahwa F hitung perlakuan (5.53) > F Tabel 5% (3.63) tetapi < F Tabel 1% (6.23) maka terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan (significant).
References
Bahar, S, 2006. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 40 Hal 51-63. BalaiPenelitian Perikanan Laut Jawa, Jakarta.
Dahuri, R., J Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001 Pengelolaan Suber Daya Wila-yah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu Cetakan Kedua. Edisi Revisi. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
FAO. 2013. FAO Species Identification Sheets. Clasification Congresox Talabon Cuvi-er 1829.
Hemdal. 2013. Aquarium Fish Breeding. New York: Barron’s Educational Series.
Heru Santoso, 2012. Teknik penangkapan Ikan Demersal. Jurnal Penelitian Rawai Dasar (Bottom Long Line). Media Informasi Perikanan Indonesia. Jakarta
Joesidawati, M.I, 2013. Fisika Oceanografi. Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
Joko Siswanto, 2006. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Pada Alat Tangkap Alat Tangkap Rawai Dasar, Universitas DR. SOETOMO Surabaya.
Martasuganda. S. 2009. Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan ISBN Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Ruswanto, 2004, Metode Penangkapan Ikan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban
Sugiono, 2009. Metode penelitian bisnis. Alfa beta. Bandung.
Suradi Wijaya S. 2013, Journal kelayakan dan produktivitas alat tanggkap Rawai Dasar (Bottom Long Line). JOURNAL OF MANAGEMENT AQUATIC RESOURCES BOTTOM LONG LINE. UNDIP – Semarang.
Suwarsih, 2004. Metode pengoperasian alat tangkap Rawai dasar (Bottom Long Line) dan jenis umpan yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan Kakap merah (Lutjanus spp) Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban.
Yaser Krisnafi, 2011. Konstruksi dan Pengoperasian Alat Tangkap Rawai Dasar Dan Jenis Hasil Tangkapan. Pusat Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan Jakarta.