KEBIJAKAN PENANGANAN BENCANA ALAM TEPAT GUNA DALAM MENJAMIN KETEPATAN SASARAN BANTUAN PASCA BENCANA
Keywords:
Kebijakan, Bencana, Bantuan, BNPB, Lingkungan hidupAbstract
Indonesia merupakan suatu wilayah yang termasuk ke dalam jalur Ring Of Fire , mempesona keindahan panoramanya, sehingga banyak menarik turis negara asing untuk datang dan melihat keindahannya tersebut. Selain itu Indonesia adalah negara yang sering sekali mengalami bencana alam, mulai dari banjir , gunung meletus sampai ke Tsunami , Indonesia berada pada lokasi geografis yang rawan bencana. Bencana bisa disebabkan oleh faktor alam maupun akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam (SDA) dan lingkungan. Di beberapa daerah Wilayah Indonesia contoh bencana yang sedang melanda negeri ini. Sejauh ini telah tersedia perangkat regulasi penanggulangan bencana yang memberikan kerangka penanggulangan bencana, meliputi prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana. Meskipun Undang-Undang telah menggariskan ketentuan penanggulangan bencana yang komprehensif, sejauh ini penanggulangan masih fokus pada masalah tanggap darurat. Tindakan lanjut seperti mitigasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi serta pemulihan dalam bentuk psikis serta pengetahuan mengenai cara mengatasinya nampak belum menjadi prioritas utama dari aktivitas penanggulangan bencana. Persoalan lain yang masih tercecer adalah koordinasi, kecepatan pertolongan, ketepatan bantuan, dan kemerataan distribusi logistik. Yang masih menjadi urgensi untuk pemerintah dalam hal menjamin ketapatan sasaran bantuan pada saat terjadinya bencana.
References
BNPB. Biro Pusat Statistik (BPS). (2016). Jakarta In Figures (2015). Jakarta: BPS. [3] Beven, K.J.; Kirkby, M. J.(1979). Daerah berbasis variabel yang memberikan kontribusi secara fisik model hidrologi cekungan.
Buletin Sains Hidrologi 24: 43-69.
Deputi Dukungan Teknis dan Peningkatan Kapasitas. (2007). Analisis Potensi Rawan Bencana Alam di Papua dan Maluku (Tanah Longsor - Banjir - Gempa Bumi - Tsunami). Jakarta: KLHK
Dixon, J.A., K.W. Paskah. (1986).Penginderaan Jauh dan Interpretasi Gambar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lo, C. P. (1996).
Penginderaan Jauh Terapan (terjemahan). Jakarta: Universitas Penayang Indonesia. Madjid, A. (2009).
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Murti, Sigit Heru. (2004).
Pemetaan Area Rawan Banjir di Cekungan Comal dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Anak, E.H. (2007).
Menentukan Lokasi Daerah Rawan Banjir (Studi Kasus Provinsi Sulawesi Utara) Menggunakan
Metode TWI. Sulawesi Utara: Pusat Pengendalian Ekosistem Hutan. Rosytha, Anna, & amp; M. Taufik. (2011).
Studi Analisis Banjir Menggunakan Teknologi GIS di Kabupaten Bojonegoro. Surabaya: Teknik Sipil, Institut Teknologi Surabaya. 95 Shahrizal, E. (2008).
Memahami Hidrologi. Internet: http://www.malang.ac.id/eLearning/FMIPA/Budi%20 Handoyo / geografi3.htm. Diakses 20 Mei (2016). Sudaryatno. (2015).
Integrasi Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Persiapan Model Kerentanan Kekeringan (Kasus di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta). Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Sukresno. (2010).
Identifikasi Teknis Daerah Rawan Banjir (Studi Kasus di Sub-DAS Keduang). Solo: Pusat Penelitian Kehutanan Sulfiani. (2015).
Studi Hubungan Curah Hujan dan Genangan Tinggi dengan Sistem Informasi Geografis di Daerah Kotamadya Makassar. Tesis. Kota Makassar: Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanudin Sutanto. (1995).
Penginderaan Jauh Dasar. Yogyakarta: Fakultas Fakultas Geografi UGM (BPFG). Tut. (2005).
Gangguan Siklus Hidrologi Bisa Banjir dan Kekeringan. Internet: http: //www.kapanlagi. Com / h / 0000051276.html. Diakses 20 Mei 2016. USGS. (2013).
Menggunakan Landsat USGS 8 Produk. Hämtat från Misi USGS Landsat: http://landsat.usgs.gov/Landsat8_Using_Product.php