KEBERADAAN BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA GERAK TURONGGO YAKSO DALAM FENOMENA INDUSTRI HIBURAN DI ERA TATANAN NORMAL BARU (NEW NORMAL)

Authors

  • Tri Rusianingsih Seni Karawitan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya
  • Yuddan Fijar Sugma Timur Seni Karawitan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya

Keywords:

komunitas seni pertunjukan, bentuk penyajian, makna gerak, jaranan turonggo yakso

Abstract

Situasi pandemi Covid-19 yang kini memasuki era tatanan normal baru (new-normal), telah membawa pengaruh terhadap aktivitas produksi komunitas seni pertunjukan. Keberadaan pementasan kesenian tradisi yang diselenggarakan secara langsung (live) sudah semakin susah dijumpai apalagi berkembang, sehingga komunitas seni pertunjukan kini menghadapi banyak persaingan dengan kegiatan media-jaringan (internet). Jaranan Turonggo Yakso yang awal-mulanya merupakan kegiatan ritual, sekarang harus dikerjakan dan dinikmati melalui dunia” virtual”. Pertunjukan Jaranan Turonggo Yakso adalah kegiatan masyarakat pen-dukungnya sebagai bentuk upacara bersih desa untuk memohon kepada Hyang Widi (Tuhan Penguasa Alam). Kegiatan upacara adat sebagai simbolisasi kemenangan warga desa dalam mengusir marabahaya atau keangkara-murkaan yang mengganggu dan menyerang masyarakat. Pertunjukan jaranan berkaitan erat dengan fungsinya sebagai kegiatan ritual masyarakat yang akhirnya menginspirasi lahirnya bentuk penyajian dan makna gerak dalam tarian. Namun kegiatan berubah ketika datang pandemi, sehingga hal tersebut menjadi fenomena menarik untuk dikaji dalam sebuah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan “bentuk penyajian” yang lahir dari ritual adat sebagai fungsi utamanya dan menjadi inspirasi hadirnya pertunjukan jaranan, serta berusaha menjelaskan “makna gerak” tari jaranan Turonggo Yakso. Untuk mengidentifikasi ataupun menganalisa berbagai temuan data lapangan, kajian menggunakan konsep-pertunjukan, konsep-fungsi, konsep-bentuk, maupun konsep-makna, sehingga dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan menjawab fenomena yang terjadi pada kehidupan seni pertunjukan. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan bentuk penyajian dan makna gerak ini, lebih menitik-beratkan terhadap teknik pengumpulan data secara observasi, wawancara, studi pustaka serta dokumentasi yang dilakukan melalui triangulasi.

References

Purnomo, H., & Subari, L. 2019. Manajemen Produksi Pergelaran dalam Pusaran Fenomena Seni Populer. Prosiding SNasPPM IV Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, hal. 145-151. Tuban, 21 September 2019.

Rusianingsih T. 2017, Fungsi dan Makna Simbolis Kesenian Jaranan Turonggo Yakso Kecamatan Dhongko Kabupaten Trenggalek. Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, Terop Oktober Vol. 6 No.1: 90 - 101.

Purnomo, H. 2018, “Tata Artistik (Scenografi) dalam Pertunjukan Kesenian Tradisi Berbasis Kerakyatan” SATWIKA, Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial, Volume 2 Nomer 2, Oktober 2018: Hal. 95 - 106.

Spradley , J. P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bungin, B. 2012, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Kualitatif Filosofis dan Metodelogis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : Rajawali Pers.

Emzir. 2012, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Yudiaryani, 2002. Panggung Teater Dunia: Perkembangan dan Perubahan Konvensi. Jogjakarta: Pustaka Gondho Suli.

Kattsoff, L. O. 2004. Pengantar Filsafat. terjemahan Soejono S, Yogyakarta: Tiara WacanaYogya.

Purnomo, H. 2015. Aneka Ria Srimulat: Kajian Seni Populer di Kompleks Taman Hiburan Rakyat Surabaya. Thesis Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pasca-sarjana Unesa.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Uncategorised, 2016. Deskripsi Tarian Turonggo Yakso Trenggalek (https://kec-trenggalek.trenggalekkab.go.id/index.php/pengaduan/1-diskripsi-tarian-turonggo-yakso-trenggalek diakses pada 02 Agustus 2020).

Purnomo, Heny dan Subari L. 2019, “Manajemen Produksi Pegelaran: Peranan Leadership dalam Komunitas Seni Pertunjukan” SATWIKA Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial, Volume 3 Nomer 2, Oktober 2019, Hal. 111 - 126, UNMUH Malang.

Smith, J. 1985. Komposisi Tari sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti.

Herusatoto, Budiono. 1983. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Jogyakarta; Hanindita.

Langer,Sussane K. 2006.Problem Of ArtTen Philosophical Lectures. terjemahan Fx.Widaryanto Bandung ASTI.

Djelantik, A. A. M., 2004, Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: M S P I.

Additional Files

Published

2020-08-22

How to Cite

Rusianingsih, T. ., & Timur, Y. F. S. . (2020). KEBERADAAN BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA GERAK TURONGGO YAKSO DALAM FENOMENA INDUSTRI HIBURAN DI ERA TATANAN NORMAL BARU (NEW NORMAL). Prosiding SNasPPM, 5(1), 168–175. Retrieved from http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/SNasPPM/article/view/329