PELATIHAN PEMBUATAN BIOPORI SEBAGAI REKAYASA GREEN BUILDING PADA LAHAN SEMPIT DI SEKOLAH DASAR CALON SEKOLAH ADIWIYATA DI DESA RENGEL KABUPATEN TUBAN
Keywords:
biopori; green buildingAbstract
Berdasarkan kondisi lokasi di SDN II Rengel, terlihat bahwa di sana sangat minim lahan hijau, minim pekarangan dan sebagian besar lahan di sekolah berpaving. Merujuk keempat indikator dari sekolah adiwiyata, 1 dari 4 indikator sekolah adiwiyata belum bisa dipenuhi oleh sekolah mitra yaitu pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah. Berdasarkan lokasi sekolah mitra, maka perlu melakukan pengolahan sarana pendukung. Pengolahan sarana pendukung yang bisa dilakukan di sana salah satunya adalah melakukan rekayasa green building melalui pembuatan biopori. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan pelatihan pembuatan biopori sebagai rekayasa green building pada lahan sempit, menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan percobaan. Sebelum praktek pembuatan biopori, terlebih dahulu tim pengabdian kepada masyarakat menyampaikan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan hasil bahwa sebelum dilakukan pelatihan, banyak peserta pelatihan yang belum mengetahui tentang pengetahuan mengenai Biopori sebesar 61,11%, sedangkan peserta yang sudah menetahui mengenai biopori sebedar 22,22% dan ragu-ragu sebesar 16,67%; setelah pelaksanaan pelatihan pembuatan biopori, sebagian besar peserta pelatihan banyak yang tertarik pada pelaksanaan pelatihan pembuatan biopori yaitu sebesar 94,44%,sedangkan yang ragu-ragu sebesar 5,56% dan tidak tertarik sebesar 0%; setelah pelaksanaan pelatihan pembuatan biopori, banyak peserta pelatihan yang puas terhadap materi yaitu sebesar 88,89%, sedangkan ragu-ragu sebesar 11,11% dan tidak tertarik sebesar 0%.
References
[2] H. Kurniahu, R. Andriani, A. Rahmawati, and Sriwulan, “Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Budidaya Tanaman di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban,” Gervasi, vol. 4, no. 1, pp. 116–125, 2020.
[3] Oyebode, “Green Building: Imperative Panacea for Environmental Sustainability and Life Cycle Construction in Nigeria,” vol. 7, no. 3, pp. 15–19, 2018.
[4] R. Andriani, M. I. Joesidawati, and Sriwulan, “Pendampingan Distribusi Bibit Tanaman dan Pemetaan Greenhouse pada Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar (P2KP-PKPS) TP-PKK Desa se-Kabupaten Tuban.” Temu Ilmiah Nasional.
[5] Istiningsih, “Environmental Friendly Building Planning For Sustainable Development,” Teodolita, pp. 16–23, 2018.
[6] Arifin, “Menjaga Kelestarian Lingkungan Dengan Biopori,” in The 4th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity and Future., 2012.
[7] K. R. Brata and A. Nelistya, Lubang Resapan Biopori. Depok: Niaga Swadaya, 2008.
[8] Hilwatulisan, “Lubang Resapan Biopori (LRB) Pengertian dan Cara Membuatnya di Lingkungan Kita,” J. Tek. Kim. Politek. Negeri Sriwij. Sumatera Selatan, 2011.
[9] Sembel and Rondonuwu, “Kualitas Lingkungan Melalui Pembuatan Lubang Resapan Biopori,” Media Matrasain, vol. 13, no. 3, pp. 62–70, 2016.
[10] K. R. Brata, Teknologi Biopori. IPB Press: Bogor, 2006.
[11] K. Iqbal and G. Dastgeer, “Impact of self efficacy and retention on transfer of training: the mediating role of motivation to transfer,” J. Manag. Dev., vol. 1, pp. 1–19, 2017.
[12] I. Setyaningsih and Y. Endriastuti, “Sosialisasi Penggunaan Lubang Biopori Dalam Rangka Mengurangi Banjir Di SMP Negeri 3 Cikarang Timur,” J. Komunitas, vol. 1, no. 1, 2018.
[13] N. Karuniastuti, “Teknologi Biopori untuk Mengurangi Banjir dan Tumpukan Sampah Organik,” Forum Teknol., vol. 4, no. 2, 2015.
[14] Sanitya and Burhanudin, “Penentuan Lokasi Dan Jumlah Lubang Resapan Biopori Di Kawasan Das Cikapundung Bagian Tengah,” Jurna Perenc. Wil. dan Kota, vol. 13, no. 1, pp. 1–13, 2008.
[15] K. L. Fawad, “An integrated model of training effectiveness and satisfaction with employee development interventions,” Ind. Commer. Train., vol. 44, no. 4, pp. 211–222, 2012.